Blogs

Published on July 28, 2024

Talents Mapping : Cermin Bukan Scanner

Talents Mapping : Cermin Bukan Scanner

Talents Mapping : Cermin bukan Scanner

Suka ada yang tanya : Talents Mapping itu berapa persen akurasinya?

Talents Mapping itu cermin, bukan scanner. Cermin menyajikan apa yang dihadapkan. Sedangkan scanner mungkin bisa menyajikan apa yang tidak ditampakkan. Ukuran akurasi cermin? Jika tidak ada pembiasan sama sekali. Apa yang disajikan sama persis dengan yang dihadapkan.

Maka perlu dipastikan apakah cermin itu datar dan jernih. Jika sudah betul-betul datar dan jernih, maka itulah kondisi terbaik yang bisa kita harapkan. Namun tetap saja, cermin itu tidak akan mengungkap apa yang disembunyikan.

Berbeda dengan scanner. Scanner memang ada yang dibuat sehingga bisa mengambil gambaran apa yang di balik permukaan. Scanner otak misalnya, MRI. Atau scanner untuk kandungan, USG. Dengan alat seperti ini memang apa yang ada di dalam tubuh pasien akan bisa ‘dilihat’ tanpa pasien harus berbuat apapun.

Karena apa yang ditampilkan oleh scanner itu ‘ada di dalam’ dan tidak bisa kita lihat langsung, maka kita butuh pembuktian bahwa yang ditampilkan scanner memang akurat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya di dalam sana. Bagaimana caranya? Tentu harus ada langkah sistematis pembuktian tersendiri agak klaim akurasinya memang bisa dipertanggungjawabkan.

Kembali ke Talents Mapping sebagai cermin, maka yang harus dibuktikan adalah seberapa cermin ini memang datar dan jernih sehingga tidak menimbulkan pembiasan gambar sama sekali.

Mengikuti kaidah yang digunakan oleh dunia psikologi, test Talents Mapping telah mengalami pengujian untuk validitas dan reliabilitasnya. Dan dari beberapa kali pengujian oleh pihak/Lembaga yang memiliki otoritas akademik diketahui bahwa nilai Alfa Cronbach dari Talents Mapping berkisar di 0,92 – 0,97. Mendekati nilai 1.

Dengan nilai ini tidak berlebihan jika kita katakan : Talents Mapping adalah cermin yang cukup datar sehingga bisa memberikan gambaran yang tepat sesuai dengan apa yang dihadapkan.

Maka faktor penentunya tinggal orang yang bercermin. Jika dia ingin melihat dirinya apa adanya, maka dialah yang harus berupaya tampil apa adanya. Tidak perlu pake make up. Jika sudah terbiasa pake make up, maka saat bercermin mesti dihapus dulu make upnya.

Di sisi lain memang orang yang bercermin harus mampu tampil apa adanya, dengan postur yang tegak normal. Kalau orangnya jarang bergerak sehingga posturnya lesu dan bungkuk, tentu postur normal dirinya tidak akan terlihat.

Analogi di atas itu menjelaskan arti pentingnya banyak berkegiatan bagi seorang anak atau pemuda agar saat dia ingin yakin apa bakat dan potensinya lalu melakukan test Talents Mapping, dia bisa mengisi apa adanya dengan postur yang tegak jelas.

Memang jadinya orang yang bercermin harus memiliki upaya lebih sebelum bercermin. Tidak bisa pasif tinggal diam seperti orang yang sedang "discanner".

Tidak ada scanner akurat yang bisa "melihat jeroan" seperti MRI untuk bakat dan potensi diri. Di mana anda tinggal diam, pasif, ngga usah mikir, tapi bisa dapat hasil akurat lalu tinggal bayar.

Mungkin suatu saat nanti ada. Saat ini belum ada.

Mungkin nanti jika teknologi dan metodologi sudah semakin berkembang akhirnya kita bisa mendapatkan alat test kepribadian yang bisa memasuki isi pikiran, perasaan dan ingatan kita.. dan ketika itu kita bisa tahu apakah anda termasuk Tipe Amity, Abnegation, Candor, Dauntless, atau Erudite.

Atau ternyata bahkan alat itupun tak berhasil mendeteksi dengan akurat, karena ternyata anda adalah seorang Divergent.

 

Oleh : Muhammad Firman